Sunday, October 9, 2011

Claudio Ranieri, Pembangkit Mental La Beneamata

Inter membutuhkan pelatih yang mampu cepat mengangkat mental tim yang tengah terpuruk.

Satu poin dalam tiga laga awal Serie-A musim ini menyamai hasil buruk pada 1983-84. Kala itu, Inter Milan juga hanya mengemas satu angka dari tiga partai awal. Namun, pelatih Luigi Radice tetap dipertahankan sampai akhir musim. Radice akhirnya mampu membawa Inter tak terkalahkan dalam 13 laga kandang selanjutnya dengan meraih sembilan kemenangan plus empat seri. Pada akhir musim Inter dibawanya bertengger di posisi ke-4.

Nasib Gian Piero Gasperini rupanya berbeda dengan Radice. Presiden Massimo Moratti tak bisa menahan kegeramannya usai melihat Inter takluk 1-3 dari tuan rumah Novara pada giornata ke-4 (21/9). Itu jelas sangat sulit diterima. Novara adalah tim promosi yang kembali merasakan atmosfer Serie-A setelah 55 tahun lamanya.

Pemecatan Gasperini tak bisa terelakkan. Dalam lima laga resmi, dia belum memberikan kemenangan. Inter mengalami empat kekalahan dan satu seri. Kalah 1-2 dari AC Milan di Piala Super Italia (6/8), kalah 3-4 dari Palermo (11/9), kalah 0-1 dari Trabzonspor (14/9), imbang 0-0 dengan Roma (17/9), dan kalah 1-3 dari Novara (20/9).

“Inter Milan menginformasikan pemecatan Gasperini. Klub mengucapkan terima kasih kepada Gasperini atas kerja kerasnya selama di sini,” bunyi pernyataan kubu Inter seperti dirilis di situs resmi klub.

Beberapa nama pelatih langsung dikait-kaitkan dengan Inter. Tapi, dari sejumlah nama, Claudio Ranieri-lah yang terpilih. Seperti yang dikatakan, Moratti menginginkan pelatih berpengalaman. Selain pernah berkarya di Italia, Ranieri sempat berkiprah di Inggris dan Spanyol. Sebelumnya dia menukangi Fiorentina, Valencia, Chelsea, Atletico Madrid, Parma, Juventus, dan Roma. Diharapkan pengalamannya itu bisa cepat mengembalikan mental pemain yang tengah terpuruk.

Penunjukan Ranieri sebagai pelatih anyar menggantikan Gasperini merupakan pilihan langsung Massimo Moratti, Presiden Inter Milan. "Ranieri merupakan memiliki kepekaan yang bagus. Dia akan bisa mendorong tim ke jalur yang tepat. Jadi, para pemain akan mempunyai mentalitas yang tepat. Ranieri merupakan pilihan saya. Saya berterima kasih kepada para pemain yang tak menekan saya dalam melakukan pemilihan. Mereka masih dalam situasi yang penuh kekecewaan saat dilatih Gasperini," jelas Moratti kepada La Gazzetta dello Sport.

Moratti juga menanggapi penjelasan Gasperini soal pemecatannya di Inter. Mantan pelatih Genoa itu mempertanyakan dukungan Inter kepadanya. "Mungkin akan banyak yang tak percaya. Tapi, saya sama sekali tak ingin memecatnya," beber Moratti. "Dia punya keyakinan kuat untuk bisa mengatasi tantangan yang ada, dengan menerapkan idenya dalam latihan. Saya pun mendukungnya, meski kemudian terpaksa melakukan intervensi menyusul hasil buruk yang diraih."

Moratti melakukan intervensi dengan memecat Gasperini semata-mata ingin membuang nasib sial yang dialami Inter secepatnya. Ranieri sendiri dikontrak Inter untuk jangka waktu dua musim. Dia akan mendapatkan tambahan 600 ribu euro jika membawa Inter juara Serie-A dan 1,6 juta euro jika menjadi juara Liga Champions.

Sikap Moratti dengan langsung menunjuk Ranieri juga mendapat dukungan dari eks allenatore Inter, Jose Mourinho. Mourinho bahkan mencoba mengesampingkan perselisihannya dengan Ranieri. Pelatih Real Madrid itu kini mendukung penuh Ranieri untuk membawa Inter Milan kembali berjaya.

Sudah bukan cerita baru lagi bila Mourinho dan Ranieri pernah terlibat perang kata-kata. Semua itu terjadi kala Mourinho masih menukangi Inter dan Ranieri membesut Juventus.

"Saya bukanlah seorang penggemar palsu. Saya penggemar Inter secara langsung. Jadi, saya tidak peduli siapa yang membesut Inter saat ini. Terpenting, saya hanya ingin Inter menang. Ranieri yang terpilih melatih Inter, maka saya akan memberikan semangat untuknya. Saya berharap dia berhasil di Inter," tegas Mourinho.

PENGANGKAT MENTAL

Memang, untuk saat ini yang harus segera dibenahi adalah mental bermain dan kepercayaan diri. Hasil minor dalam pekan-pekan awal jelas membuat Javier Zanetti mengalami dekadensi baik secara moral maupun permainan. Hal ini diakui oleh legenda Inter, Aldo Serena. Menurutnya, saat ini Inter sedang berada dalam tekanan.

“Inter menyimpan banyak masalah. Untuk saat ini Inter layak dicoret dari kandidat juara. Memang liga baru dimulai. Tapi, masalah yang ada di Inter tak akan selesai dalam satu atau dua minggu,” beber Serena kepada Calcio News 24.

Ranieri sendiri berpengalaman dalam menaikkan mental pemain yang tengah terpuruk. Meski selalu gagal memberikan gelar juara liga kepada klub yang dilatihnya, hal itu bisa dikesampingkan dulu. Utamanya mental pemain yang selalu lapar akan kemenangan bisa kembali. Jika itu mampu dilakukan, bukan tak mungkin Inter akan kembali ke persaingan juara.

Selama berkiprah di Italia, Ranieri punya prestasi cemerlang mengangkat tim yang sedang terpuruk. Pada Februari 2007, dia dikontrak Parma yang pada pekan ke-23 berada di posisi ke-18. Dalam 10 laga beruntun dia berhasil mempersembahkan 17 poin. Pada akhir musim, Parma selamat dari degradasi dan naik ke posisi 12.

Selanjutnya, pada September 2009, Ranieri ditunjuk menjadi pelatih Roma menggantikan Luciano Spalletti yang mengundurkan diri setelah kalah di dua laga awal. Di tangannya I Lupi menjadi pesaing serius Inter. Bahkan, pada pekan ke-33 dan 34, I Lupi bisa memimpin klasemen. Sayang, menjelang akhir, Ranieri gagal mempertahankan konsistensi timnya sehingga harus puas sebagai runner-up.

Bergabungnya Ranieri ke Inter sebenarnya masih memunculkan pertanyaan. Seberapa sanggup mantan pelatih AS Roma itu membawa I Nerazzurri kembali bangkit dari keterpurukan? Pertanyaan yang bakal menjadi tuntutan Ranieri sepanjang masa jabatannya di Giuseppe Meazza.

Pada awal musim ini, Inter memang mengalami keterpurukan baik di ajang Serie-A maupun Liga Champions. Sejak dipecundangi AC Milan di Piala Super Italia, Inter gagal meraih satupun kemenangan. Termasuk kekalahan dari Novara pada giornata 4.

Gasperini pun dijadikan kambing hitam. Pelatih yang memulai jabatannya di Inter sejak awal musim itu dianggap gagal menerapkan taktik kegemarannya di Giuseppe Meazza. Pola 3-4-3 yang menjadi idola eks allenatore Genoa itu tak berjalan efektif.

Kini era Gasperini sudah berakhir hanya setelah melalui lima laga resmi di awal musim ini. Tak lama-lama bagi Inter sebelum akhirnya menunjuk Claudio Ranieri sebagai pelatih baru. Tugas awal Ranieri cukup berat, yakni membenahi mentalitas Inter yang terlanjur anjlok.

"Saya harus bicara dengan seluruh skuad. Aspek mental adalah hal terpenting yang harus diperhatikan," ucap Ranieri beberapa saat setelah menyepakati kontrak dua tahun dengan Inter. "Inter tim hebat, dan kami harus mulai membangun tim setelah awal yang buruk. Kami memilikis egalanya untuk mebangun kembali mentalitas tim."

Banyak yang meyakini kehadiran Ranieri sekaligus bakal mengembalikan gaya bermain Inter menjadi pola empat bek, dan meninggalkan pakem Gasperini yang mengedepankan tiga pemain bertahan. Namun, Ranieri sendiri belum mau membeberkan taktik yang akan diterapkan.

"Buat saya, setiap sistem bisa membawa kesuksesan. Jika Inter selalu bermain dengan pola spesifik, maka itu ada alasannya. Gasperini sudah benar dengan keputusan dia mengeksekusi idenya. Dia mencoba menerapkan sistemnya dengan sekuat tenaga, tapi gagal. Saya rasa dia tak pantas dikritik, toh dia berusaha mengimplementasikan idenya hingga akhir," tukas Ranieri.

Mengenai target dan ambisi yang diembang di Inter, Ranieri enggan sesumbar. Dia hanya berharap segala bentuk permainan terbaik bisa dikeluarkan oleh para pemain. "Saya tak suka berjanji. Saya hanya ingin yang terbaik dari para pemain. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik bagi tim yang saya tangani. Ada komitmen total. Inter adalah tim yang kita semua perhatikan dalam beberapa minggu terakhir karena performanya tak begitu baik. Ada cedera dan ketidakberuntungan, tapi saya yakin tim ini punya DNA untuk bisa kembali ke jalur kemenangan dan kembali percaya diri," pungkas dia.

Berdasar itu, Ranieri diyakini bisa membawa La Beneamata kembali menemukan jati dirinya dan siap bersaing dalam perebutan juara. (writen by @edpram & @IrawanCobain)

No comments:

Post a Comment

In Memoriam: Giacinto Facchetti

In Memoriam: Giacinto Facchetti