Thursday, September 10, 2009

Kado perpisahan Untuk Giuseppe Meazza

Kebersamaan selama 62 tahun segera berakhir. Lima musim lagi, Inter bakal keluar dari Giuseppe Meazza dan berpisah dengan saudara tuanya, Milan.


Mempersiapkan pesta perpisahan yang berkesan memang bukan perkara mudah. Apalagi, jika mengingat kebersamaannya yang sudah cukup lama. Namun, tekad sudah bulat. Inter bersiap meninggalkan markas lamanya, Giuseppe Meazza, sekaligus berpisah dari saudara tua mereka, AC Milan. Sebuah stadion siap dibangun sebagai markas baru mereka nantinya.

Wacana membangun stadion baru sudah muncul sejak 2008 lalu, bertepatan dengan pesta seratus tahun lahirnya Inter. Setahun masa penggodokan rencana itu, kini mereka mulai mempersiapkannya lebih matang lagi. Jika tak ada aral melintang, stadion baru La Beneamata sudah bisa digunakan pada musim kompetisi 2013-14, atau lima tahun dari sekarang.

Jadwal sudah ditetapkan. Inter harus berpikir bagaimana cara membuat pesta perpisahan menjadi berkesan. Mereka ingin meninggalkan kebanggaan di markas yang ditempatinya sejak 1947 bersama Milan. Memang bukan perkara mudah, tapi ada target yang membuat mereka bisa merealisasikan impian itu.

Dalam hal prestasi, Inter memang masih sedikit berada di bawah Milan. Namun, kini mereka berpeluang menjadi lebih baik dari saudaranya itu. Waktu lima tahun sangat cukup bagi Inter untuk melewati Milan. Kini, Inter dan Milan sama-sama mengoleksi 17 gelar scudetti, dan 5 Coppa Italia. Satu gelar scudetto dan Coppa Italia saja, Inter bisa sudah melewati prestasi domestik sang rival. Bahkan, lima tahun ke depan, mereka pun berpeluang menjauh, dengan mengoleksi dua bintang sebagai tim yang telah meraih lebih dari 20 gelar scudetto.

MENIRU EMIRATES

Pesta sudah direncanakan, pembangunan stadion pun wajib dijalankan. Target sudah menempati stadion anyar mereka pada musim 2013-14 adalah harga mati. Pasalnya, selama ini mereka merasa kurang nyaman dengan terus menyewa Stadion Giuseppe Meazza dari pemerintah kota. Apalagi, Inter juga harus berbagi dengan Milan.

Mengenai rencana pembangunan stadion baru, rujukan pun sudah disiapkan. Presiden Inter, Massimo Moratti menginginkan cikal bakal markas barunya menyerupai Stadion Emirates, milik Arsenal. Dengan kapasitas 60.432 tempat duduk Emirates menjadi salah satu stadion termegah dengan fasilitas paling modern di Eropa. Biaya pembangunannya pun tidak main-main. Stadion yang mulai digunakan Arsenal sejak 2006 lalu itu menghabiskan dana 489 juta euro (sekitar Rp7 triliun).


Karena itu, sejak awal Moratti sudah mempersiapkan dengan matang rencananya. Untuk membangun markas barunya, taipan minyak itu berani menginvestasikan dananya tak kurang dari 300 juta euro atau Rp4,3 triliun. Dana itu akan dialokasikan guna membangun stadion berkapasitas 60.000 tempat duduk. Jumlah itu memang lebih sedikit dibanding Giuseppe Meazza yang memiliki 85.700 tempat duduk. Namun, Moratti berharap markas baru Inter bakal memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan modern.

Di stadion baru itu nantinya bakal terdapat restoran, pusat perbelanjaan, tempat bermain anak-anak, serta beberapa fasilitas lain berkelas bintang lima. Moratti yakin dalam waktu tidak terlalu lama investasinya itu sudah mendatangkan keuntungan.

Dengan menyediakan 10-20 ribu tempat duduk VIP, Moratti berharap mendapatkan sekitar 100 juta euro (Rp1,45 triliun) per tahunnya. Jika demikian, hanya tiga tahun modal Moratti sudah bisa kembali. Sekadar info, pendapatan Inter dari Giuseppe Meazza hanya sekitar 30 juta euro (Rp436,2 miliar) per tahunnya.

Mandat pun telah diberikan kepada Sports Investment Group sebagai konsultan pelaksana proyek pembangunan stadion baru itu. “Kami tengah mengerjakan stadion baru untuk Inter. Dibanding dengan yang dulu, markas baru ini akan memiliki teknologi dan fasilitas multimedia yang jauh lebih lengkap,” ujar manajer proyek Sports Investment Group, Nicholas Gancikoff seperti dilansir La Gazzetta dello Sport.

Inter bersiap menjadi klub kedua di Italia yang memiliki stadion sendiri setelah Juventus. I Bianconeri sudah memulai pembangunan stadion barunya yang berada di Delle Alpi. Rencananya mereka sudah bisa menempatinya pada 2011 mendatang. Sementara, Milan kini tengah menjajaki peluang membeli hak kepemilikan Giuseppe Meazza dari pemerintah kota.

MENGERUK UANG

Berdasarkan pengamatan Deloitte, pembangunan stadion baru memang mendongkrak pendapatan klub. Secara khusus, Alan Switzer, salah satu direktur di Sports Business Group Deloitte, menilai hal tersebut sebagai faktor utama yang mendongkrak pendapatan klub-klub sepak bola, terutama di Inggris dan Jerman.

“Salah satu keunggulan klub-klub Inggris yang membuat mereka mendominasi Football Money League adalah kesinambungan investasi terhadap stadion,” ungkap Switzer. “Performa klub-klub Jerman juga melonjak karena perbaikan dan pembangunan stadion baru. Perlu diingat, stadion tetaplah aset terbesar.”

Faktanya memang demikian. Pembangunan secara signifikan stadion-stadion di Inggris jelang Euro 96 dipercaya menjadi pondasi bagi terdongkraknya pendapatan klub-klub Premier League dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Dalam Football Money League 2008, Deloitte mengungkapkan, “Investasi 3,3 miliar euro sejak 1992-93 terhadap stadion dan faslitias-fasilitas terkait telah membantu klub-klub Inggris untuk mendongkrak pendapatan dan menyeimbangkannya dengan pendapatan dari sumber-sumber lain.”

Menggelembungnya pendapatan klub terjadi karena dua faktor. Pertama, baiknya kondisi dan bertambahnya kapasitas stadion membuat para fans kian berduyun-duyun datang pada setiap pertandingan. Kedua, terintegrasinya stadion dengan sektor-sektor bisnis lain membuat pemasukan klub tak hanya bertumpu pada saat matchday. (@IrawanCobain)

Thursday, September 3, 2009

Wesley Sneijder: Puzzle yang hilang

Kehadiran Sneijder menjadi jawaban kerinduan Inter akan permainan indah. Dia menjadi penyambung rantai yang terputus.

Ibarat sebuah puzzle, jika ada satu bagian yang hilang, maka tak akan bisa membentuk gambar yang sempurna. Demikian juga dengan skuad Inter di musim ini. Hampir selama dua bulan terakhir pelatih Jose Mourinho terus mencari satu serpihan yang hilang dari timnya.

Penantian dan kesabaran Mourinho akhirnya berbuah hasil. Kehadiran playmaker asal Belanda, Wesley Sneijder menjadi jawaban dari perburuan Mourinho. Dia didatangkan Inter dari Madrid dengan transfer 13 juta pounds (sekitar 212 miliar) dan digaji 3,5 juta pounds (sekitar Rp57 miliar) per musimnya.

Wajah Inter memang sudah berubah sejak hadirnya hadirnya duet anyar Diego Milito dan Samuel Eto’o. Namun, tetap saja strategi Jose Mourinho belum berjalan rapi karena tak adanya sosok yang mampu mengalirkan bola dari lini tengah ke depan. Terlihat saat Inter ditahan imbang 1-1 oleh Bari di giornata pertama lalu.

Sneijder hadir sebagai jawaban dari permasalahan tersebut. Pengalaman Sneijder bersama Real Madrid dan timnas Belanda sangat berguna dalam menerapkan strategi yang diinginkan pelatih Jose Mourinho.

Setidaknya, Sneijder telah membuktikannya dengan bermain apik di laga debutnya. AC Milan dihajar 4-0 di Derby della Madonnina. Kehadirannya membuat Inter bisa memainkan permainan umpan-umpan pendek dengan indah. “Dia baru berlatih sekali tapi sudah bisa tampil cukup baik. Ke depannya, dia akan semakin baik lagi,” kata kapten Inter, Javier Zanetti.


MENGHAPUS KUTUKAN

Tak banyak pemain asal Belanda yang bisa sukses di Inter. Di dua dekade terakhir, nama besar seperti Dennis Bergkamp, Wim Jonk, Andy van der Meyde, dan Edgar Davids kariernya menurun saat bermain di Giuseppe Meazza. The Dutchmen yang mampu tampil lumayan hanya Clarence Seedorf dan Aron Winter. Itu pun belum seoptimal seperti saat mereka bermain di klub lain.

Meski berstatus sebagai pemain asal Belanda, Sneijder justru lebih memilih dikaitkan dengan beberapa alumni Madrid yang sukses di Inter setelah gagal di Santiago Bernabeu. Contoh terkini adalah Esteban Cambiasso. Sneijder pun optimistis dapat memainkan perannya dengan sempurna di bawah asuhan Mourinho.

“Mourinho pelatih yang hebat, dan aku sangat senang bisa bekerjasama dengannya,” kata Sneijder. “Aku seorang gelandang yang bisa juga bermain di belakang dua striker. Tapi, terlepas dari semuanya, bagiku yang penting adalah bermain, di mana pun posisinya.”

Tantangan sudah diutarakan Sneijder. Dia siap memerankan tugas apapun yang diembankan kepadanya, termasuk menjadi pelayan duo Milito dan Eto’o. Selain itu kehadirannya bakal mempermudah kinerja lini tengah. Dejan Stankovic bisa kembali ke posisi asli, yakni sebagai gelandang murni atau lebih sejajar dengan Thiago Motta dan Zanetti. (Irawan)

In Memoriam: Giacinto Facchetti

In Memoriam: Giacinto Facchetti