Thursday, August 2, 2012

Update Stadion Baru: Wujudkan Mimpi Pada 2017




Miris melihat stadion-stadion di Italia tak melulu dipenuhi penonton. Berbanding terbalik dengan stadion-stadion di Jerman, Inggris ataupun Spanyol yang hampir selalu penuh. Padahal, dari segi fanatisme, suporter Italia tak kalah. Namun ada satu pembeda. Saat Inggris, Spanyol, maupun Jerman mulai mengusung sepak bola industri, Italia masih berkutat dengan konsepsi awal, yakni sekadar olahraga dan permainan, demi mengejar prestasi.


Ya, dari konsepsi awal yang dipahami banyak orang, sepak bola memang tak lebih dari sekadar olahraga dan permainan. Tak kurang, tak lebih. Hingga akhir 1960-an, citra itu sangatlah lekat. Namun, seiring modernisasi yang bergulir di seluruh penjuru jagat dan berkembangnya profesionalisme di sepak bola, citra tersebut mulai bergeser. Kini, sepak bola adalah bisnis dan hiburan.


Dalam kerangka itulah para pengelola klub sepak bola kian gencar dalam berlomba mengeruk uang. Perhitungan untung-rugi menjadi hal yang sangat lazim. Namun hal itu belum tampak di Italia. Terbaru, AS Roma mulai berpaling dari konsepsi lama, dan mulai mengusung sepak bola industri. Dipelopori oleh pengusaha asal Amerika Serikat selaku pemilik baru, Thomas Di Benedetto. Memang tak instan. Manchester United, Arsenal, Chelsea hingga Manchester City pun merasakan hal itu pada awal-awal revolusi mereka. Namun, setidaknya pengorbanan itu diyakini bakal membuahkan hasil.


Dari tahun ke tahun, sepak bola menjelma menjadi bisnis raksasa dengan omset triliunan rupiah. Klub-klub kian berlomba menjadi yang terdepan dalam pendapatan dan keuntungan. Pelbagai cara pun dilakukan, dari menarik sponsor sebanyak-banyaknya hingga merombak dan membangun stadion baru.


Dalam beberapa tahun terakhir, langkah pembangunan stadion baru menjadi tren anyar. Tengok saja Bayern Munchen yang mengeluarkan uang 340 juta euro (sekitar Rp5,3 triliun) untuk membangun Stadion Allianz Arena pada 2002-05. Arsenal lebih gila. Mereka mengeluarkan 430 juta pounds (sekitar Rp7,2 triliun) kala membangun Stadion Emirates.


Di Italia, dengan bangga Juventus memperkenalkan markas baru mereka, Juventus Arena, yang dibangung dengan mengorbankan lahan seluas 355.000 hektar di bekas lokasi Stadion Delle Alpi. Kini, mereka bisa mengusungkan dada, sebagai pelopor pembangunan stadion pribadi di Italia.


Jika dibandingkan Alianz Arena dan Emirates, Juventus Arena memang tak lebih besar. Biaya yang dikeluarkan pun masih jauh di bawahnya, yakni sekitar 100 juta euro (sekitar Rp1,2 trilyun). Namun, jangan ditanya berapa keuntungan yang diraup I Bianconeri dengan memiliki stadion berkapasitas 41.000 penonton itu. Sejak menempati Juventus Arena, penghasilan mereka ditaksir tak kurang dari 60-70 juta euro (sekitar Rp810,8 miliar). Bandingkan ketika Si Nyonya Tua harus turun kasta ke Serie-B. Pemasukan mereka hanya berkisar 8 juta euro (sekitar Rp96,6 miliar).


Bagaimana dengan Inter? Sudah menjadi rahasia umum klub yang dikuasai taipan minyak, Massimo Moratti ini berharap sudah memiliki stadion baru. Sudah beberapa kali wacana soal stadion baru Inter kerap diapungkan. Dari hanya sekadar rumor, sampai ada beberapa data dan fakta pendukung. Namun, tetap saja realisasinya masih jauh panggang dari api. Akan tetapi, semua wacana tersebut perlahan-lahan mulai diwujudkan oleh sang patron.


Wacana sudah muncul sejak 2008 lalu, bertepatan dengan pesta seratus tahun lahirnya Inter. Setahun masa penggodokan rencana itu, hingga kini mereka sudah memulai pembangunan proyek yang ditaksir senilai 300-400 juta euro, atau tak kurang dari Rp4,3 triliun. Dana tersebut didapat dari pelbagai sumber, mulai dengan meminjam ke bank, hingga sponsorship.


Moratti sendiri tak main-main dalam proyek ini. Pengorbanan sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir, termasuk mengontrol kebijakan transfer demi menyeimbangkan neraca keuangan. Jangan heran dalam beberapa tahun terakhir Inter kerap menjual pemain-pemain bintang dengan harga selangit. Zlatan Ibrahimovic, Mario Balotelli, hingga Samuel Eto'o. Semua mutlak demi memperkokoh fondasi Inter, dalam hal prestasi maupun bisnis.



Sejak 1 Agustus 2012, ambisi Inter mulai diapungkan ke permukaan. Kesepakatan sudah tercapai antara pihak Inter dengan grup investor dari Cina, demi memulai proyek tersebut. Seperti dilansir di laman resmi Inter, pada kesepakatan itu keluarga Moratti yang mengepalai Internazionale Holding S.r.l.  akan tetap mengontrol F.C. Internazionale S.p.A. , sementara grup investor asal Cina akan menjadi penguasa saham terbesar kedua dalam proyek pembangunan stadion baru tersebut.


Perusahaan konstruktor rel kereta api ini setuju membeli 15 persen saham di Inter. Saham 15 persen itu nilainya berkisar 500 juta euro (Rp 6 triliun). Investor baru Inter ini juga akan menyelesaikan beberapa utang klub. Salah satu bagian kesepakatan dengan grup investor asal Cina itu adalah, Inter akan membuat stadion baru pada 2015 yang diharapkan akan selesai selama dua tahun.


Dalam beberapa bulan ke depan, kedua pihak akan bersama-sama menentukan lokasi ideal. Pun membagi proyek tim serta mengajukan permohonan otoritas. Setelah itu, China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd., selaku perusahaan yang mengontrol China Railway Construction Corporation bersama F.C. Internazionale S.p.A. akan memulai proyek pembangunan stadion baru yang diperkirakan bakal rampung pada 2017. Selain itu, pihak grup investor asal Cina yang diwakili Kamchi Li, Kenneth Huang bersama Fabrizio Rindi juga akan masuk ke jajaran direksi mulai Oktober mendatang.

"Sekarang ini menjadi proyek yang nyata bersama mitra yang berkualitas - perusahaan terbesar di dunia di sektor ini, mengingat pengalaman yang mereka miliki - Tapi kita masih memiliki segalanya untuk melakukan beberapa hal. Sekarang kita harus menemukan lokasi yang tepat, lihat apa yang bisa dilakukan dan dalam. waktu beberapa tahun lagi fans akan memiliki rumah mereka sendiri," ujar Moratti.

Selain menggandeng grup investor asal Cina itu, Moratti juga masih membuka pintu masuknya investor tambahan. Hal itu pun sudah disepakati bersama konsorsium asal Cina. Dan bukan tidak mungkin Inter akan membuka jalan bagi para investor dari Asia lain untuk turut berpartisipasi, termasuk dari Indonesia. "Kami punya banyak fans di Cina, Indonesia, dan negara Asia lain. Saya pikir kesepakatan ini akan memajukan kami dalam pelbagai aspek, dan kami tentu senang. Karena akan berpengaruh besar terhadap sisi komersial, jumlah fans, dan daya tarik di negara yang bersangkutan," tutur Moratti.


MISI MERAUP LABA TINGGI


Proyek stadion baru memang terkesan masih rahasia. Sangat jarang pemberitaannya muncul di media. Namun, agaknya kejutan besar memang tengah direncanakan Moratti. Stadion yang akan didedikasikan untuk dua mantan presiden klub, Angelo Moratti (ayah Massimo Moratti) serta Giacinto Facchetti (eks kapten Inter) ini akan memiliki kapasitas sekitar 60-65.000 tempat duduk. Memang tak sebanding dengan Giuseppe Meazza yang memiliki 85.700 tempat duduk. Namun Moratti lebih mementingkan kenyamanan, serta fasilitas lengkap nan modern.


Selain fasilitas lengkap dan modern, Moratti memang menjadikan kenyamanan penonton sebagai harga mati. Selain lahan parkir luas, beserta sarana transportasi komplet, sudut penglihatan penonton di setiap tribun pun akan dibuat lebih nyaman dan semaksimal mungkin. Selain itu, satu lagi inovasi di dalam stadion, yakni tidak adanya trek lari yang menjadi jarak penonton dengan lapangan.


Di tempat duduk penonton, khususnya di tribun VIP pun rencananya akan tersedia penyewaan layar genggam untuk mempermudah melihat tayangan ulang gol atau kejadian-kejadian penting selama pertandingan. Dengan menyediakan 10-20 ribu tempat duduk VIP, Moratti berharap mendapatkan sekitar 100 juta euro (Rp1,45 triliun) per tahunnya. Jika demikian, hanya tiga tahun modal Moratti sudah bisa kembali. Sekadar info, pendapatan Inter dari Giuseppe Meazza hanya sekitar 30 juta euro (Rp436,2 miliar) per tahunnya. Sudah termasuk potongan-potongan berupa uang sewa, pajak, dan sebagainya.




Inter sebenarnya punya modal besar untuk meningkatkan pendapatan dari sektor tiket stadion. Ingat, dalam perhitungan hingga tahun lalu, jumlah penonton laga Inter di Giuseppe Meazza adalah yang terbanyak di Italia. Mereka mengalahkan AC Milan, AS Roma, dan Juventus. Musim 2011-12,jumlah penonton Inter tiap pertandingan mencapai 58 ribu penonton. Terbanyak di Italia. Jumlah penonton Milan ada di tempat kedua, yakni sekitar 50 penonton tidap laga. Peringkat ketiga diisi Napoli, yakni 45 ribu penonton per pertandinga


Fakta itu membuat pendapatan tiket stadion Inter menjadi yang terbesar di Italia, yakni 33 juta euro per musim. Sayang, meski terlihat besar, pendapatan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding pendapatan tiket stadion klub-klub Inggris. Dibanding Manchester United, pendapatan Inter tidak lebih dari seperempatnya.
Penyebab utama minimnya pendapatan tiket stadion karena status Giuseppe Meazza yang menjadi milik pemerintah kota. Tiap tahunnya, Inter harus membayar sewa 4,5 juta euro.


 “Di Eropa, stadion bisa menghasilkan uang selama tujuh hari penuh. Sementara itu, kami tidak bisa melakukannya karena masih menyewa ke pemerintah kota,” keluh mantan CEO Inter, Ernesto Paolillo.


Sebagai perbandingan, Manchester United masih berada di urutan teratas dalam hal penghasilan dari penonton di stadion, yakni mencapai 138 juta euro atau sekitar Rp1,66 triliun. Diikuti Arsenal (135 juta euro), Chelsea (111 juta euro), Barcelona (89 juta euro), Real Madrid (82 juta euro), serta Liverpool (57 juta euro). Salah satu rival Inter, AS Roma dan Lazio diperkirakan meraup 24 juta euro (sekitar Rp289,9 miliar) selama bermukim di Stadion Olimpico.


Berdasarkan pengamatan Deloitte, pembangunan stadion baru memang mendongkrak pendapatan klub. “Salah satu keunggulan klub-klub Inggris yang membuat mereka mendominasi Football Money League adalah kesinambungan investasi terhadap stadion,” ungkap Alan Switzer, salah satu direktur di Sports Business Group Deloitte. “Performa klub-klub Jerman juga melonjak karena perbaikan dan pembangunan stadion baru. Perlu diingat, stadion tetaplah aset terbesar.”


Well, mari kita sama-sama berharap investasi yang digelontorkan Moratti dan konsorsium asal Cina, dalam waktu tidak terlalu lama sejak berdiri sudah mendatangkan keuntungan. Dari segi finansial, maupun prestasi. Dan tentu stadion baru nantinya bakal menjadi kebanggaan Interisti. Jika tidak ada aral melintang, sejak 2017, Inter sudah siap menempati rumah baru ini. (@IrawanCobain)



Press release: Internazionale Holding S.r.l
Wednesday, 01 August 2012 22:47


MILAN, 1 August 2012 - Internazionale Holding S.r.l. announces that today it has reached an agreement which envisages the acquisition of a stake in F.C. Internazionale S.p.A. by a group of Chinese investors. The Moratti Family will keep the control of the Company while the group of Chinese investors will became the second largest shareholder.

At the same time China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd., a company controlled by China Railway Construction Corporation, and F.C. Internazionale S.p.A. have started a joint effort for the construction of a new proprietary stadium expected to be completed by 2017. In the upcoming months the parties will jointly select the potentially suitable locations, define the project team and start the filing process to obtain the required authorizations.

To ensure that the new investors are fairly represented in the Company governance, Ms Kamchi Li, Mr Kenneth Huang and Mr Fabrizio Rindi will become members of the board of directors starting from next October.

F.C. Internazionale welcomes the new shareholders and is proud to give start to this new phase of the corporate life of the club, aimed at expanding its presence in the Asian markets to raise new resources for the enhancement of its international future development and winning perspectives.

Internazionale Holding S.r.l. and F.C. Internazionale S.p.A. have been assisted by Four Partners Advisory SIM S.p.A. and Lazard & Co. S.r.l. as financial advisers and by Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP as legal adviser.

The counterparty and China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd. have been assisted by Gallipos AG and UBS AG as financial advisers and by Studio Legale Associato Negri-Clementi as legal adviser. 

5 comments:

  1. Cant wait to see a new home

    ReplyDelete
  2. Saya tetap setia menunggu stadion baru INTER...

    ReplyDelete
  3. Min.. bukan nya di Milan hanya boleh, ada satu stadion. Menurut Pemerintah Kota Milan.

    ReplyDelete

In Memoriam: Giacinto Facchetti

In Memoriam: Giacinto Facchetti