Thursday, August 9, 2012

Inter Terus Pangkas Pengeluaran


Aturan Financial Fair Play dan absen di Liga Champions, Inter dipaksa mengubah kebijakannya. 


Jika melepas Julio Cesar, Inter bakal berhemat 4,5 juta euro per tahun.


Langkah berani ditempuh manajemen Inter menjelang bergulirnya musim 2012-13. Mereka menerapkan program-program tak terpopuler seperti melepas beberapa pemain bintang. Lucio yang kontraknya berakhir, diizinkan bergabung dengan Juventus. Sementara, Diego Forlan terbang ke Brasil, bersama Internacional.


Sederet bintang yang tercelat dari Giuseppe Meazza masih mungkin bertambah. Manajemen mengindikasikan bersedia untuk menjual kiper Julio Cesar. Belum lagi gelandang veteran Dejan Stankovic yang nasibnya masih belum jelas. Pun dengan bek asal Brasil Maicon. Padahal, Lucio, Maicon dan Stankovic merupakan aktor penting saat La Beneamata meraih treble winners pada 2009-10 lalu.


Dalih menuju era baru menjadi alasan di balik penerapan program tersebut. Apalagi transfer Inter pun tak lagi “menggila”. Mereka benar-benar lebih selektif dan hati-hati. Selain itu, mereka pun mulai condong melakukan peremajaan. Samir Handanovic dan Matias Silvestre adalah dua pemain baru yang usianya baru menginjak 27 tahun.


“Dalam skala satu sampai 10, semangat saya berada pada angka 10. Kami sedang membangun sesuatu yang penuh kredibilitas dan kekuatan serta sesuatu yang dapat dipertahankan. Kami sedang membangun sebuah proyek baru berdasar pemain-pemain muda. Dan, Andrea Stramaccioni adalah simbol kami di dalamnya. Kami ingin memulai untuk menang lagi. Ini adalah tahun nol untuk Inter,” sebut Presiden Inter, Massimo Moratti, seperti dirilis La Gazzetta dello Sport.



Kesuksesan allenatore Stramaccioni bersama Tim Primavera Inter membuat Moratti mulai mengubah kebijakannya. Dia meyakini, tim dengan pondasi pemain muda akan dengan mudah mencapai keberhasilan. Oleh karenanya, Inter dibawanya menuju era baru. Sebuah hal yang sebelumnya sangat jarang dilakukan Moratti.


“Memang benar setiap langkah baru memiliki beberapa risiko, tapi kami tak perlu takut. Kami harus bersemangat,”  imbuh sang patron.


Faktor Penting


Era baru yang sedang dibangun Moratti tak akan terlaksana andai Inter tak “dipaksa” karena dua faktor. Pertama adalah adanya aturan Financial Fair Play dari UEFA. Sudah barang tentu Moratti menginginkan kerugian klub bisa tereduksi. Inter berusaha keras menurunkan kerugian hingga 45 juta euro (sekitar Rp519,2 miliar) per tahun. Itu batas toleransi dari aturan Financial Fair Play.


Berdasar data, transfer yang dilakukan Inter tak terlalu menguntungkan. Itu yang disampaikan Direktur Olahraga Marco Branca.


“Untuk saat ini, kami harus memutuskan bahwa dari segi ekonomi, kebijakan yang kami ambil akan membawa berkah dalam beberapa musim mendatang. Dibanding  klub besar lain di Eropa, kami sama dalam hal pengeluaran, tapi pendapatan kami hanya setengahnya. Ini yang akan kami ubah,” sebut Branca.


Benar, penjualan pemain bintang, kemudian membeli pemain muda dengan harga relatif murah bisa menguntungkan dalam strategi transfer. Selain itu, keuangan klub akan lebih stabil dan kerugian bisa direduksi karena pemain bintang rata-rata bergaji tinggi. Sewaktu di Inter, Lucio dan Forlan bergaji 3,5 juta euro per tahun. Itu berarti, Inter menghemat 7 juta euro. Inter bisa menghemat lagi sebesar 11,5 juta euro andai menjual Maicon, Julio Cesar, dan Stankovic.


Faktor kedua absen di Liga Champions. Itu berarti Inter kehilangan 3,9 juta euro (sekitar Rp46,6 miliar) dari UEFA sebagai uang partisipasi. Inter pun kehilangan minimal 3,3 juta euro (sekitar Rp39 miliar) uang dari pertandingan selama di fase grup.


Itu berarti, La Beneamata tak memiliki dana tambahan untuk membeli pemain yang berlabel bintang. Sebagai solusinya adalah membeli pemain muda potensial yang harganya masih terjangkau.


Toh, di balik semuanya pasti ada berkah. Moratti yakin, era baru “terpaksa” yang dibangun Inter bakal melahirkan kejayaan kembali.


Penghematan di Sektor Gaji 
Pengeluaran gaji per tahun musim lalu: 145 juta euro
Gaji pemain yang sudah dilepas: Lucio (3,5 juta euro per tahun), Forlan (3,5 juta euro)
Penghematan musim depan: 7 juta euro
Gaji pemain yang mungkin dilepas: Maicon (4 juta euro), Julio Cesar (4,5 juta euro), Stankovic (3 juta euro)
Prediksi tambahan penghematan: 11,5 juta euro
Prediksi total penghematan: 18,5 juta euro




Neraca Transfer Inter Lima Musim Terakhir

Musim
Pemasukan Transfer
Pengeluaran Transfer
Keterangan
2012-13*
7,5 juta euro
23,5 juta euro
Rugi 16 juta euro
2011-12
52,15 juta euro
42 juta euro
Untung 10,15 juta euro
2010-11
67,5 juta euro
48,28 juta euro
Untung 19,22 juta euro
2009-10
108,9 juta euro
94,2 juta euro
Untung 14,7 juta euro
2008-09
7,6 juta euro
60,6 juta euro
Rugi 53 juta euro

Separuh Nyawa Zanetti Milik Inter


Zanetti, bak memiliki mesin di dalam tubuhnya.

Pada 10 Agustus 2012, Javier Zanetti genap merayakan hari jadinya yang ke-39. Usia yang tentunya tak muda lagi bagi seorang pesepak bola profesional, khususnya di level dunia. Namun, Zanetti membuktikan dirinya masih mampu bertahan di tengah persaingan ketat sepak bola profesional, tanpa kendala apapun.


Bicara soal Zanetti, tak akan lepas dari sederet rekor dan prestasi yang pernah ditorehkan bersama Inter. Sebagai pengoleksi caps terbanyak, pria asal Argentina itu memang sudah menjadi ikon sekaligus legenda hidup La Beneamata.



Musim lalu menjadi tonggak bersejarah bagi karier Zanetti. Pria yang kerap menjadi panutan baik di dalam maupun luar lapangan ini berhasil melampaui koleksi caps terbanyak di Inter milik Giuseppe Bergomi, sekaligus mengakhiri perjalanan karier di Timnas Argentina dengan torehan 145 penampilan.


Musim 2012-13, Zanetti akan genap melalui 18 tahun berseragam I Nerazzurri. Selain itu, dia juga sudah mengemban jabatan kapten La Beneamata selama 12 tahun, setelah menerima estafet tanggung jawab dari Bergomi. Dengan demikian, hampir separuh usia Zanetti dihabiskan bersama Inter, sejak dia bergabung pada usia 21 tahun.


"Segala rekor sangat istimewa, tapi aku punya dua pencapaian yang paling favorit," tutur Zanetti kepada Champions Magazine. "Pertama adalah rekor penampilan bersama Argentina, terlebih di negaraku sangat sulit menembus timnas saking banyaknya pemain bagus. Kedua, adalah menjadi kapten Inter selama 12 tahun sekaligus mengoleksi rekor penampilan terbanyak. Itu sangat indah, tertama bagi seorang pemain asing."


Zanetti juga dikenal sebagai pemain dengan daya tahan stamina yang sangat prima. Hampir sepanjang kariernya, dia sangat jarang dibekap cedera berkepanjangan. Berbeda halnya dengan beberapa pemain lain seusianya. Dan soal kualitas stamina itu, ayah tiga anak ini pun membeberkan rahasianya.


“Sebagai permulaan, aku selalu tidur cukup. Pemulihan setelah bekerja keras merupakan kunci bagi para atlet untuk menjaga kondisi tubuhnya. Aku selalu mengikuti sesi latihan secara penuh dan berusaha mencapai kondisi puncak. Hal ini aku lakukan merujuk pada ayahku yang berprofesi sebagai tukang batu yang membangun segala sesuatunya setahap demi setahap,” beber dia.


"Aku memerhatikan fisik dengan serius. Selain itu, keharmonisan rumah tangga bersama keluarga juga membantuku fokus memikirkan sepak bola. Rahasiaku adalah berlatih dengan porsi lebih, dengan intensitas sama seperti pada pertandingan sesungguhnya," sambungnya.


“Rahasia lainnya adalah, aku belum pernah mengalami flu atau pun masalah pada otot. Dan atas fakta itulah aku bisa seberuntung ini,” tandas priayang mengaku menyempatkan diri berlatih beberapa jam sebelum pernikahannya dengan Paula ini.


Sejak datang dari Banfield pada 1995 silam, Zanetti sudah mengoleksi lima gelar Scudetti, satu trofi Liga Champions dan Piala Dunia Antarklub, serta sederet gelar lainnya. Dan, meski usianya sudah terbilang senja, pemain serbabisa itu masih belum memikirkan kapan akan pensiun.


Zanetti juga dikenal sebagai figur ayah yang baik bagi anak-anaknya.

Satu fakta menarik lain soal Zanetti adalah gaya rambutnya yang tak pernah berubah sejak pertama kali datang ke Giuseppe Meazza. Ya, Zanetti memang dikenal sebagai pesepak bola yang cukup memerhatikan penampilan. Bahkan, dia mengaku punya kekhawatiran terbesar dalam hidup adalah jika rambutnya rontok dan kemudian menjadi botak.


Rambut memang mahkota semua orang. Dan, Zanetti mengaku begitu menjaga rambutnya. Sampai-sampai, istrinya, Paula pun tak diizinkan memegangnya. "Hanya dua orang di dunia ini yang kuizinkan memegang rambutku. Putriku Sol, dan putraku Ignacio (sekarang bertambah, putra bungsunya, Thomas)," jelas Zanetti.


Zanetti termasuk pria pesolek. Lantaran menyukai rambutnya, dia selalu merawat dengan pergi ke salon. Sekali setiap bulan dia pergi ke salon untuk merawat atau sekadar merapikan. "Paula berpikir aku terlalu terobsesi soal rambut. Mungkin dia benar. Sebab, menjadi botak merupakan mimpi burukku. Itu menjadi lelucon di kalangan pemain Inter," pungkas Zanetti.


Well, selamat ulang tahun, Il Trattore. "Form is temporary, but Class is permanent". (@IrawanCobain)

Friday, August 3, 2012

Maria Radaelli: Interista Tertua


Udara dunia mulai dihirupnya pada 9 April 1899. Sembilan tahun berselang, tepatnya pada 9 Maret 1908, Inter Milan resmi berdiri. Sejak saat itu, Maria Radaelli yang masih kanak-kanak langsung jatuh cinta ke I Nerazzurri.


Menariknya, hingga kini Radaelli masih segar-bugar. Tak aneh, menurut situs resmi Inter, dia tercatat sebagai wanita tertua di Italia dan paling tua kedua di Eropa. Hebatnya, sepanjang hidup, Radaelli setia mendukung Inter. Oleh karena itu, I Nerazzurri mengakuinya sebagai Interista tertua.


Kesetiaan Radaelli mendukung Inter tidak perlu diragukan lagi. Ketika masih kuat, dia selalu menyakiskan laga Inter ke stadion. Tapi, karena kini kondisi fisiknya yang sudah menurun, Radaelli tidak bisa lagi sesukanya datang di Stadion Giuseppe Meazza menyaksikan Javier Zanetti dkk berlaga.


Meski begitu, Radaelli terus mengikuti laga  I Nerazzurri melalui layar televisi dari dalam rumahnya di kawasan Novate Milanese. Menurut Corriere della Sera, ada kebiasaan unik yang dilakukannya ketika menonton pertandingan. Radaelli selalu setia mengenakan syal Inter. Syal itu bahkan juga tetap dikenakannya ketika pernah terpaksa menyaksikan laga I Nerazzurri di rumah sakit karena sakit.


“Putra, putri, dan cucu saya di rumah sebagian besar mendukung Juventus. Tapi, sejak dulu, saya tidak pernah bisa berpaling berganti tim yang didukung,” tandas Radaelli.


Wanita kelahiran Inzago 113 tahun lalu itu memiliki sejumlah pemain idola di Inter. Dia mengaku sangat mengidolai Giuseppe Meazza, Sandro Mazzola, Javier Zanetti, dan Ivan Cordoba.


Inter tidak menutup mata terhadap suporter spesialnya ini. Ketika berulang tahun pada 9 April lalu, situs resmi I Nerazzurri secara khusus memberi ucapan selamat ke Radaelli. Tidak hanya itu, Inter juga mengirim Presiden Kehormatan, Bedy Moratti untuk mengunjungi Radaelli di rumahnya untuk mengirimkan ucapan selamat dari Presiden Massimo Moratti.


SUMBANG CORDOBA

Maria Radaelli saat merayakan ulang tahun ke-113 bersama perwakilan direksi Inter.

Sebelumnya, para pemain Inter juga telah memberi perhatian khusus. Ketika berulang tahun ke-107, Zanetti memberinya kostum Inter lengkap dengan tanda tangannya kepada Radaelli. Selain itu, pada 2006, Cordoba hadir langsung ke rumah Radaelli dalam perayaan ulang tahun.


Menurut Corriere della Sera, ada momen menarik yang tercipta saat Cordoba datang. Tidak disangka, Radaelli malah memberikan sejumlah uang simpanannya ke Cordoba. Uang itu ditujukan ke yayasan yang membantu anak-anak telantar bentukan Cordoba. “Saya ingin membantu anak-anak itu melalui yayasan yang didirikan Cordoba,” ujarnya.


Akan tetapi, ada satu keinginan yang belum tercapai. Saat itu, eks striker Inter, Christian Vieri pernah mendedikasikan gol kepada Radaelli. Vieri pun berjanji untuk menemui Radaelli yang mengidolainya. Namun, hingga kini, Vieri belum pernah datang ke rumahnya meski Interista tertua itu setia menanti.


“Vieri salah satu idola saya. Saya tahu dia sangat sibuk. Apalagi untuk memikirkan wanita tua seperti saya. Tapi, spirit tifosi Inter di diri saya bakal terus menyemangati saya untuk menantinya,” kata Radaelli.

Thursday, August 2, 2012

Update Stadion Baru: Wujudkan Mimpi Pada 2017




Miris melihat stadion-stadion di Italia tak melulu dipenuhi penonton. Berbanding terbalik dengan stadion-stadion di Jerman, Inggris ataupun Spanyol yang hampir selalu penuh. Padahal, dari segi fanatisme, suporter Italia tak kalah. Namun ada satu pembeda. Saat Inggris, Spanyol, maupun Jerman mulai mengusung sepak bola industri, Italia masih berkutat dengan konsepsi awal, yakni sekadar olahraga dan permainan, demi mengejar prestasi.


Ya, dari konsepsi awal yang dipahami banyak orang, sepak bola memang tak lebih dari sekadar olahraga dan permainan. Tak kurang, tak lebih. Hingga akhir 1960-an, citra itu sangatlah lekat. Namun, seiring modernisasi yang bergulir di seluruh penjuru jagat dan berkembangnya profesionalisme di sepak bola, citra tersebut mulai bergeser. Kini, sepak bola adalah bisnis dan hiburan.


Dalam kerangka itulah para pengelola klub sepak bola kian gencar dalam berlomba mengeruk uang. Perhitungan untung-rugi menjadi hal yang sangat lazim. Namun hal itu belum tampak di Italia. Terbaru, AS Roma mulai berpaling dari konsepsi lama, dan mulai mengusung sepak bola industri. Dipelopori oleh pengusaha asal Amerika Serikat selaku pemilik baru, Thomas Di Benedetto. Memang tak instan. Manchester United, Arsenal, Chelsea hingga Manchester City pun merasakan hal itu pada awal-awal revolusi mereka. Namun, setidaknya pengorbanan itu diyakini bakal membuahkan hasil.


Dari tahun ke tahun, sepak bola menjelma menjadi bisnis raksasa dengan omset triliunan rupiah. Klub-klub kian berlomba menjadi yang terdepan dalam pendapatan dan keuntungan. Pelbagai cara pun dilakukan, dari menarik sponsor sebanyak-banyaknya hingga merombak dan membangun stadion baru.


Dalam beberapa tahun terakhir, langkah pembangunan stadion baru menjadi tren anyar. Tengok saja Bayern Munchen yang mengeluarkan uang 340 juta euro (sekitar Rp5,3 triliun) untuk membangun Stadion Allianz Arena pada 2002-05. Arsenal lebih gila. Mereka mengeluarkan 430 juta pounds (sekitar Rp7,2 triliun) kala membangun Stadion Emirates.


Di Italia, dengan bangga Juventus memperkenalkan markas baru mereka, Juventus Arena, yang dibangung dengan mengorbankan lahan seluas 355.000 hektar di bekas lokasi Stadion Delle Alpi. Kini, mereka bisa mengusungkan dada, sebagai pelopor pembangunan stadion pribadi di Italia.


Jika dibandingkan Alianz Arena dan Emirates, Juventus Arena memang tak lebih besar. Biaya yang dikeluarkan pun masih jauh di bawahnya, yakni sekitar 100 juta euro (sekitar Rp1,2 trilyun). Namun, jangan ditanya berapa keuntungan yang diraup I Bianconeri dengan memiliki stadion berkapasitas 41.000 penonton itu. Sejak menempati Juventus Arena, penghasilan mereka ditaksir tak kurang dari 60-70 juta euro (sekitar Rp810,8 miliar). Bandingkan ketika Si Nyonya Tua harus turun kasta ke Serie-B. Pemasukan mereka hanya berkisar 8 juta euro (sekitar Rp96,6 miliar).


Bagaimana dengan Inter? Sudah menjadi rahasia umum klub yang dikuasai taipan minyak, Massimo Moratti ini berharap sudah memiliki stadion baru. Sudah beberapa kali wacana soal stadion baru Inter kerap diapungkan. Dari hanya sekadar rumor, sampai ada beberapa data dan fakta pendukung. Namun, tetap saja realisasinya masih jauh panggang dari api. Akan tetapi, semua wacana tersebut perlahan-lahan mulai diwujudkan oleh sang patron.


Wacana sudah muncul sejak 2008 lalu, bertepatan dengan pesta seratus tahun lahirnya Inter. Setahun masa penggodokan rencana itu, hingga kini mereka sudah memulai pembangunan proyek yang ditaksir senilai 300-400 juta euro, atau tak kurang dari Rp4,3 triliun. Dana tersebut didapat dari pelbagai sumber, mulai dengan meminjam ke bank, hingga sponsorship.


Moratti sendiri tak main-main dalam proyek ini. Pengorbanan sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir, termasuk mengontrol kebijakan transfer demi menyeimbangkan neraca keuangan. Jangan heran dalam beberapa tahun terakhir Inter kerap menjual pemain-pemain bintang dengan harga selangit. Zlatan Ibrahimovic, Mario Balotelli, hingga Samuel Eto'o. Semua mutlak demi memperkokoh fondasi Inter, dalam hal prestasi maupun bisnis.



Sejak 1 Agustus 2012, ambisi Inter mulai diapungkan ke permukaan. Kesepakatan sudah tercapai antara pihak Inter dengan grup investor dari Cina, demi memulai proyek tersebut. Seperti dilansir di laman resmi Inter, pada kesepakatan itu keluarga Moratti yang mengepalai Internazionale Holding S.r.l.  akan tetap mengontrol F.C. Internazionale S.p.A. , sementara grup investor asal Cina akan menjadi penguasa saham terbesar kedua dalam proyek pembangunan stadion baru tersebut.


Perusahaan konstruktor rel kereta api ini setuju membeli 15 persen saham di Inter. Saham 15 persen itu nilainya berkisar 500 juta euro (Rp 6 triliun). Investor baru Inter ini juga akan menyelesaikan beberapa utang klub. Salah satu bagian kesepakatan dengan grup investor asal Cina itu adalah, Inter akan membuat stadion baru pada 2015 yang diharapkan akan selesai selama dua tahun.


Dalam beberapa bulan ke depan, kedua pihak akan bersama-sama menentukan lokasi ideal. Pun membagi proyek tim serta mengajukan permohonan otoritas. Setelah itu, China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd., selaku perusahaan yang mengontrol China Railway Construction Corporation bersama F.C. Internazionale S.p.A. akan memulai proyek pembangunan stadion baru yang diperkirakan bakal rampung pada 2017. Selain itu, pihak grup investor asal Cina yang diwakili Kamchi Li, Kenneth Huang bersama Fabrizio Rindi juga akan masuk ke jajaran direksi mulai Oktober mendatang.

"Sekarang ini menjadi proyek yang nyata bersama mitra yang berkualitas - perusahaan terbesar di dunia di sektor ini, mengingat pengalaman yang mereka miliki - Tapi kita masih memiliki segalanya untuk melakukan beberapa hal. Sekarang kita harus menemukan lokasi yang tepat, lihat apa yang bisa dilakukan dan dalam. waktu beberapa tahun lagi fans akan memiliki rumah mereka sendiri," ujar Moratti.

Selain menggandeng grup investor asal Cina itu, Moratti juga masih membuka pintu masuknya investor tambahan. Hal itu pun sudah disepakati bersama konsorsium asal Cina. Dan bukan tidak mungkin Inter akan membuka jalan bagi para investor dari Asia lain untuk turut berpartisipasi, termasuk dari Indonesia. "Kami punya banyak fans di Cina, Indonesia, dan negara Asia lain. Saya pikir kesepakatan ini akan memajukan kami dalam pelbagai aspek, dan kami tentu senang. Karena akan berpengaruh besar terhadap sisi komersial, jumlah fans, dan daya tarik di negara yang bersangkutan," tutur Moratti.


MISI MERAUP LABA TINGGI


Proyek stadion baru memang terkesan masih rahasia. Sangat jarang pemberitaannya muncul di media. Namun, agaknya kejutan besar memang tengah direncanakan Moratti. Stadion yang akan didedikasikan untuk dua mantan presiden klub, Angelo Moratti (ayah Massimo Moratti) serta Giacinto Facchetti (eks kapten Inter) ini akan memiliki kapasitas sekitar 60-65.000 tempat duduk. Memang tak sebanding dengan Giuseppe Meazza yang memiliki 85.700 tempat duduk. Namun Moratti lebih mementingkan kenyamanan, serta fasilitas lengkap nan modern.


Selain fasilitas lengkap dan modern, Moratti memang menjadikan kenyamanan penonton sebagai harga mati. Selain lahan parkir luas, beserta sarana transportasi komplet, sudut penglihatan penonton di setiap tribun pun akan dibuat lebih nyaman dan semaksimal mungkin. Selain itu, satu lagi inovasi di dalam stadion, yakni tidak adanya trek lari yang menjadi jarak penonton dengan lapangan.


Di tempat duduk penonton, khususnya di tribun VIP pun rencananya akan tersedia penyewaan layar genggam untuk mempermudah melihat tayangan ulang gol atau kejadian-kejadian penting selama pertandingan. Dengan menyediakan 10-20 ribu tempat duduk VIP, Moratti berharap mendapatkan sekitar 100 juta euro (Rp1,45 triliun) per tahunnya. Jika demikian, hanya tiga tahun modal Moratti sudah bisa kembali. Sekadar info, pendapatan Inter dari Giuseppe Meazza hanya sekitar 30 juta euro (Rp436,2 miliar) per tahunnya. Sudah termasuk potongan-potongan berupa uang sewa, pajak, dan sebagainya.




Inter sebenarnya punya modal besar untuk meningkatkan pendapatan dari sektor tiket stadion. Ingat, dalam perhitungan hingga tahun lalu, jumlah penonton laga Inter di Giuseppe Meazza adalah yang terbanyak di Italia. Mereka mengalahkan AC Milan, AS Roma, dan Juventus. Musim 2011-12,jumlah penonton Inter tiap pertandingan mencapai 58 ribu penonton. Terbanyak di Italia. Jumlah penonton Milan ada di tempat kedua, yakni sekitar 50 penonton tidap laga. Peringkat ketiga diisi Napoli, yakni 45 ribu penonton per pertandinga


Fakta itu membuat pendapatan tiket stadion Inter menjadi yang terbesar di Italia, yakni 33 juta euro per musim. Sayang, meski terlihat besar, pendapatan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding pendapatan tiket stadion klub-klub Inggris. Dibanding Manchester United, pendapatan Inter tidak lebih dari seperempatnya.
Penyebab utama minimnya pendapatan tiket stadion karena status Giuseppe Meazza yang menjadi milik pemerintah kota. Tiap tahunnya, Inter harus membayar sewa 4,5 juta euro.


 “Di Eropa, stadion bisa menghasilkan uang selama tujuh hari penuh. Sementara itu, kami tidak bisa melakukannya karena masih menyewa ke pemerintah kota,” keluh mantan CEO Inter, Ernesto Paolillo.


Sebagai perbandingan, Manchester United masih berada di urutan teratas dalam hal penghasilan dari penonton di stadion, yakni mencapai 138 juta euro atau sekitar Rp1,66 triliun. Diikuti Arsenal (135 juta euro), Chelsea (111 juta euro), Barcelona (89 juta euro), Real Madrid (82 juta euro), serta Liverpool (57 juta euro). Salah satu rival Inter, AS Roma dan Lazio diperkirakan meraup 24 juta euro (sekitar Rp289,9 miliar) selama bermukim di Stadion Olimpico.


Berdasarkan pengamatan Deloitte, pembangunan stadion baru memang mendongkrak pendapatan klub. “Salah satu keunggulan klub-klub Inggris yang membuat mereka mendominasi Football Money League adalah kesinambungan investasi terhadap stadion,” ungkap Alan Switzer, salah satu direktur di Sports Business Group Deloitte. “Performa klub-klub Jerman juga melonjak karena perbaikan dan pembangunan stadion baru. Perlu diingat, stadion tetaplah aset terbesar.”


Well, mari kita sama-sama berharap investasi yang digelontorkan Moratti dan konsorsium asal Cina, dalam waktu tidak terlalu lama sejak berdiri sudah mendatangkan keuntungan. Dari segi finansial, maupun prestasi. Dan tentu stadion baru nantinya bakal menjadi kebanggaan Interisti. Jika tidak ada aral melintang, sejak 2017, Inter sudah siap menempati rumah baru ini. (@IrawanCobain)



Press release: Internazionale Holding S.r.l
Wednesday, 01 August 2012 22:47


MILAN, 1 August 2012 - Internazionale Holding S.r.l. announces that today it has reached an agreement which envisages the acquisition of a stake in F.C. Internazionale S.p.A. by a group of Chinese investors. The Moratti Family will keep the control of the Company while the group of Chinese investors will became the second largest shareholder.

At the same time China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd., a company controlled by China Railway Construction Corporation, and F.C. Internazionale S.p.A. have started a joint effort for the construction of a new proprietary stadium expected to be completed by 2017. In the upcoming months the parties will jointly select the potentially suitable locations, define the project team and start the filing process to obtain the required authorizations.

To ensure that the new investors are fairly represented in the Company governance, Ms Kamchi Li, Mr Kenneth Huang and Mr Fabrizio Rindi will become members of the board of directors starting from next October.

F.C. Internazionale welcomes the new shareholders and is proud to give start to this new phase of the corporate life of the club, aimed at expanding its presence in the Asian markets to raise new resources for the enhancement of its international future development and winning perspectives.

Internazionale Holding S.r.l. and F.C. Internazionale S.p.A. have been assisted by Four Partners Advisory SIM S.p.A. and Lazard & Co. S.r.l. as financial advisers and by Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP as legal adviser.

The counterparty and China Railway 15th Bureau Group Co., Ltd. have been assisted by Gallipos AG and UBS AG as financial advisers and by Studio Legale Associato Negri-Clementi as legal adviser. 

In Memoriam: Giacinto Facchetti

In Memoriam: Giacinto Facchetti