Tuesday, October 20, 2009

Coppia idaman Moratti

Keputusan melepas Ibra terbukti tidak salah. Inter siap mencatat sejarah bersama coppia anyar, Eto’o dan Milito.

Keraguan muncul saat Presiden Inter Milan, Massimo Moratti mengambil langkah berani melepas Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona. Namun, pandangan itu kini berbalik 180 derajat. Optimisme mulai menyeruak berkat kehadiran coppia atau duet pilihan Presiden Massimo Moratti, Diego Milito dan Samuel Eto’o. Keduanya menjelma menjadi tandem yang menakutkan dan siap mencetak rekor baru bagi I Nerazzurri.


Dengan kualitas yang dimiliki Milito dan Eto’o, Inter tetap diunggulkan mempertahankan scudetto musim ini. Terbukti, dari enam partai yang dilalui Inter di Serie-A, duet baru itu bisa langsung padu dengan tim. Strategi pelatih Jose Mourinho mampu dijalankan dengan baik. “Eto’o memiliki kecepatan, dan mampu cepat padu dengan pemain lainnya, terutama dengan Milito yang memiliki karakter bermain taktis,” kata Moratti seperti yang dilansir Sky Sport.


Hal senada diakui midfielder baru Inter, Thiago Motta yang optimis kehadiran Milito dan Eto’o bakal memperkuat daya gedor timnya. “Banyak pemain hebat di klub ini, salah satunya Eto’o. Pun Milito yang sanggup memberi perubahan di setiap permainan. Keduanya pemain yang istimewa, dan akan membuat serangan kami semakin tajam,” jelas Motta.


Prediksi Moratti serta Motta terbukti. Hingga giornata ke enam, duet Milito-Eto’o sudah langsung unjuk gigi. Peran keduanya cukup sentral di setiap kemenangan Inter. Total delapan gol sudah dihasilkan, atau 50 persen lebih dari gol yang dihasilkan Inter hingga pekan ke enam Serie-A. Milito mencetak lima gol, sementara Eto’o menghasilkan tiga.


Karena itu, tak heran jika banyak yang menjagokan duet Inter itu bakal menjadi yang tersubur di Serie-A. Bahkan, keduanya pun siap mencatatkan diri sebagai pasangan terbaik dalam sejarah klub.


OPTIMAL DENGAN 4-3-1-2


Jika melihat dari enam giornata yang telah dilalui Inter, ada faktor penting yang mempengaruhi penampilan Milito dan Eto’o. Keduanya bisa tampil baik saat Inter memainkan formasi 4-3-1-2. Dalam hal ini, lini tengah, khususnya trequartista memiliki peran yang sangat vital. “Sejak awal, pelatih sudah meminta seorang playmaker sebagai pendukung duet Eto’o dan Milito,” ucap Moratti.


Di lima giornata awal, 4-3-1-2 kerap dimainkan allenatore Jose Mourinho sebagai formasi utama dengan menempatkan Wesley Sneijder atau Dejan Stankovic di belakang duet Milito-Eto’o. Namun, saat menghadapi Sampdoria di giornata ke enam lalu, Mourinho justru bereksperimen memainkan pola, 4-3-3 dengan menempatkan Milito sebagai ujung tombak didukung Mario Balotelli dan Eto’o dari sektor sayap. Hasilnya, Inter dipaksa takluk untuk pertama kalinya di musim ini oleh Sampdoria.


Eksperimen Mourinho dinilai gagal. Permainan sayap dengan umpan-umpan silang yang diinginkan Mourinho nyatanya bukan pola yang cocok untuk mengoptimalkan duet Milito-Eto’o. Berbeda saat Inter masih memiliki striker jangkung seperti Ibrahimovic (192 cm), yang memiliki keunggulan dalam duel udara.Dengan tinggi Milito yang hanya 179 cm, dan Eto’o 180 cm, keduanya memang kurang optimal saat harus bermain dengan bola atas. Dari delapan gol, tak satupun dihasilkan lewat sundulan kepala.


Milito dan Eto’o bisa tampil baik saat Inter bermain dengan mengalirkan bola dari tengah ke depan, dan tidak melalui sisi sayap. Tak pelak, kreativitas lini tengah sangat berpengaruh penting dalam skema ini. Sayang, Sneijder yang diharap bisa memanjakan Milito dan Eto’o masih belum bisa tampil konsisten. Jika Mourinho mampu memaksimalkan peran lini tengah, penampilan Milito dan Eto’o diyakini bakal semakin ganas.


“Kerjasamaku dengan Eto’o sudah semakin padu. Kami sudah bisa saling memahami karakter masing-masing. Ke depannya, aku yakin kami akan semakin berkembang dan menjadi duet maut. Ditambah pemain hebat lain di dalam tim, kami akan mencetak banyak gol di akhir musim nanti,” ujar Milito.


Statistik per musim

Dengan rasio gol hingga giornata keenam, duet anyar Inter, Diego Milito dan Samuel Eto’o berpeluang menjadi pasangan striker terbaik yang pernah dimiliki Inter di era Presiden Massimo Moratti. Hingga lebih dari satu dekade, Moratti hanya memiliki tiga coppia terbaik dengan jumlah gol tertinggi 33. Mereka adalah Ronaldo-Youri Djorkaeff (1997/98), Christian Vieri-Alvaro Recoba (2002/03), serta Zlatan Ibrahimovic-Mario Balotelli (2008/09).


Coppia di era Moratti



Mengejar 60 gol semusim


Dari enam laga yang telah dilalui di Serie-A, hanya satu partai salah Diego Milito ataupun Samuel Eto’o absen mencetak gol yaitu saat Inter Milan dikalahkan Sampdoria di giornata ke enam, (26/9) lalu. Selain itu, nama Eto’o ataupun Milito selalu hadir di papan skor setiap Inter bertanding.


Milito telah menghasilkan lima gol, sementara Eto’o mencetak tiga. Keduanya menyumbang delapan gol dari total 12 gol yang dihasilkan Inter hingga pekan ke enam. Secara rasio, coppia Milito-Eto’o mengasilkan 1,60 gol per partai. Jika rasio ini mampu dipertahankan hingga akhir musim, maka jumlah yang bisa dihasilkan sampai pekan ke-38 berkisar 50-60 gol.


Angka tersebut membuat Milito-Eto’o mampu melampaui rekor Inter yang dipegang Stefano Nyers dan duetnya Faas Wilkes dengan 54 gol pada musim 1950-51. Saat itu, Nyers meghasilkan 31 gol dan Wilkes menyumbang 23 gol.


Daftar coppia terbaik Inter

Musim = Duet = Jumlah gol

1950/51 = Stefano Nyers (31 gol) – Faas Wilkes (23) = 54 gol

1958/59 = Antonio Angelillo (33) – Edwin Firmani (20) = 53

1949/50 = Stefano Nyers (30) – Amedeo Amadei (20) = 50

1948/49 = Stefano Nyers (26) – Amedeo Amadei (22) = 48

1929/30 = Giuseppe Meazza (31) – Pietro Serantoni (16) = 47

No comments:

Post a Comment

In Memoriam: Giacinto Facchetti

In Memoriam: Giacinto Facchetti